Debat Kandidat dalam Analisa/Amatan Pengamat Politik, H.Cek Endra Paling mumpuni Dr.Dedek Kusnandi

Siapa Kandidat yang Paling Dominan
dan Kuasai Panggung Debat,
Simak Analisis Pengamat.
Sumber Jambilink.

Panggung debat semalam dikuasai Cek Endra. Bupati Sarolangun itu terlihat paling dominan, menguasai masalah dan materi debat. Sementara lawannya, Fachrori Umar dan Al Haris terkesan tak pecaya diri. Kerap berseloroh. Tidak menunjukkan performa terbaik.

Demikian pengamatan:
Dr Dedek Kusnadi MSi MM,
pengamat kebijakan publik dari UIN STS Jambi.

Sejak awal, kata Dr Dedek, Cek Endra kelihatan paling siap. Ia memaparkan visi dan misinya tanpa menggunakan teks. Sementara lawan-lawannya nampak terpaku pada lembaran kertas yang dibawanya.

“Sehingga,
ini sedikit memengaruhi performa. Cek Endra terlihat sangat percaya diri. Sementara lawannya tidak pede alias grogi, karena terpaku pada teks,”kata Dr Dedek.

Menurut Dr Dedek, Cek Endra juga kelihatan paling siap. Ia menguasai substansi debat dan masalah yang mestinya diperdebatkan. Pada sesi saling bertanya antar kandidat misalnya, Cek Endra betul-betul memanfaatkan sesi itu untuk menggali pemahaman rivalnya.

Ia sempat meminta Fachrori untuk menjabarkan apa-apa saja program Jambi Tuntas yang sudah terealisasi semasa pemerintahannya. Kepada Al Haris, Cek Endra sempat menyindir ihwal daun sungkai yang belum teruji secara klinis sebagai obat Covid-19.

Tapi, baik Fachrori maupun Al Haris sepertinya tak menunjukkan perlawanan. Panggung debat itu justru seperti pemaparan visi misi, tidak ada perdebatan.

“Cek Endra sebetulnya beberapa kali kelihatan ingin memancing perdebatan. Namun lawannya nampak tak mau berdebat. Fachrori memilih menanggapi pertanyaan Cek Endra dengan menjabarkan program Jambi Berkah dan Al Haris enggan menanggapi soal kritik daun sungkai itu,”katanya.

Sehingga, lanjut Dr Dedek, debat kandidat semalam menjadi kurang hidup, tidak berwarna dan monoton. Tidak terlihat adanya penggalian kapasitas.

“Karena pak Fachrori dan Al Haris saya lihat lebih memilih untuk menghindari debat. Barangkali kedepan KPU harus punya format yang lebih baik agar forum debat betul-betul dimanfaatkan untuk debat,”katanya.

Secara keseluruhan, Dr Dedek menilai Cek Endra lebih unggul.

Kendati begitu, Dosen Pasca Sarjana UIN itu menilai Cek Endra dan Al Haris sempat ikut tergiring oleh irama Fachrori Umar, yang kerap berseloroh, melempar pantun dan menghindari substansi perdebatan.

“Pak Fachrori dan Pak Haris sejak awal kelihatan menghindari debat. Mereka tidak menggunakan kesempatannya untuk bertanya dan menggali pemahaman lawan. Tapi, justru memilih bersosialisasi. Suara pak Haris juga terdengar serak, sehingga ia kelihatan kurang percaya diri. Sering grogi,”ujarnya.

Dr Dedek berharap pada debat berikutnya, para kandidat menunjukkan performa terbaik.

“Karena inilah ajang bagi publik untuk melihat kapasitas pemimpinnya. Untuk inilah diadakan debat. Kalau menghindari debat, sebaiknya KPU membuat konsep paparan visi misi, bukan debat kandidat. Karena yang namanya debat, harus ada adu argumen, saling bantah dan kritik,”katanya.(*)